cover TFiOS dari novel hingga layar lebar
Back to TFiOS, sebelum kamu menonton film TFiOS you should read the novel (i dont really cry in movies),
atau minimal membaca novelnya setelah kamu tertarik menonton filmnya,
kenapa? Karena kalau dibaca dan dipahami dengan hati-hati, TFiOS
ternyata jauh lebih kompleks daripada yang kita kira, baik kompleks
isinya maupun kompleks efek sesudahnya. Dan aku sarankan lagi buat baca
versi aslinya, bukan terjemahannya. Karena di versi terjemahan, banyak
adegan yang dipotong --yang menurutku itu mengurangi the essential of
the story. Lagipula, ada beberapa kata yang ketika diterjemahkan ke
dalam bahasa indonesia jadi kuarng lucu dan nggak nyambung. Walau demikian, baik versi english maupun versi bahasa sama-sama worth it untuk dibaca kok.
Sutradara : Josh Boone |
Produser : Wyck Godfrey, Marty Bowen |
Writer : Scott Neustadter, Michel H. Weber |
Durasi : 126 min
the review :
It is a teen story, indeed. Dibuka oleh Hazel Grace (Shailene Woodley) dengan dialog di first chapter yang sudah bikin aku sedikit menangis "I didn't tell him that the diagnosis came three months after I got
my first period. Like: Congratulations! You're a woman. Now die".
(2.13). Ia didiagnosa mengidap kanker tyroid yang sudah mulai menyebar
ke paru-parunya sehingga ia harus selalu memakai selang dan membawa
tabung oksigen ke mana-mana. Awalnya ia tidak suka datang ke Support Group,
di mana anak-anak pengidap kanker bertemu dan saling menguat. Tetapi di
situlah ia bertemu Augustus Waters (Ansel Elgort), seorang mantan pemain baseball yang
kehilangan sebelah kakinya akibat kanker tulang. Hazel mengenalkan buku
kesayangannya yang telah dibacanya berkali-kali: An Imperial Affliction
(AIA) karya Peter Van Houten (Willem Dafoe) kepada Augustus. AIA berakhir di tengah
kalimat, nyaris seperti salah cetak. Hazel paham bahwa pasti itu terjadi
sebagai gambaran bahwa tokoh utamanya, Anna yang juga pengidap kanker,
telah meninggal, sehingga ceritanya berhenti sampai situ. Tetapi
meskipun bukunya fiksi, Hazel sangat penasaran dengan apa yang terjadi
pada tokoh-tokoh lainnya, sehingga ia selalu bermimpi untuk bisa
menanyai Peter Van Houten.
Akibat diskusi asik dengan Gus (Augustus Waters) mengenai buku ini, keduanya saling tertarik dan jatuh cinta. (Akting Shailene Woodley dan Ansel Elgort sebagai sejoli disini sangat cocok,
walaupun sempat beradaptasi dulu karena sebelumnya melihat keduanya beradu peran sebagai
Kakak-Adik pada film Divergent). Kalimat-kalimat romantisa yang
dikeluarkan dua muda-mudi ini tidak terdengar gombal dan picisan. John
Green berhasil membawa pembacanya meresapi dunia remaja yang sedang
jatuh cinta namun kebetulan sedang sakit, bukan remaja yang sedang sakit
namun kebetulan sedang jatuh cinta
Gus
dan Hazel kemudian terbang ke Amsterdam untuk menemui van Houten,
ternyata ketika sampai disana, keduanya justru menerima perilaku yang
kasar dan tanggapan yang sangat
mengecewakan dari penulis idolanya itu. Tetapi setelah diperhatikan,
sikap van Houten ini berkaitan terhadap potongan adegan sesudahnya,
yakni saat Gus mengaku bahwa ia mengalami kekambuhan sekaligus
metastasis kankernya. Beberapa hari setelah kembalinya dari Amsterdam,
Gus meninggal. (ini kejadian yang sangat tidak bisa ditebak --siapa
sangka Gus akan meninggal lebih dulu). Namun sebelum kepergiannya,
Augustus telah mempersiapkan eulogy, agar supaya setelah ia meninggal, Hazel tetap mendapatkan keinginannya. So sweet kan? Lebih bagusnya lagi, lewat eulogy
itu kita akhirnya bisa paham mengapa Augustus menyukai Hazel. Dan mengapa Hazel bisa menyukai Augustus.
Pesan :
Kebahagiaan yang utuh hadir tak sekejap waktuImpian bisa menjadi kenyataan, tetapi terkadang tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Sama halnya seperti Hazel dan Gus yang mewujudkan mimpi untuk bertmu dengan penulis favorit mereka di Amsterdam. Namun, bagian terbaiknya bukanlah saat bertemu dengan sang penuli, melainkan rangkaian momen yang mereka habiskan bersama.
Hal yang demikian bisa kita petik hikmahnya dengan kesimpulan kebahagiaan yang utuh adalah yang membutuhkan proses dan tahapan.
Favorable quote :
"I tried to tell myself that it could be worse, that the world was not a
wish-granting factory, that I was living with cancer not dying of it,
that I mustn't let it kill me before it kills me"
“I spent your Wish on that doucheface,” I said into his chest.
“Hazel Grace. No. I will grant you that you did spend my one and only
Wish, but you did not spend it on him. You spent it on us.”
"I didn't tell him that the diagnosis came three months after I got my
first period. Like: Congratulations! You're a woman. Now die"
""It wold be a privilege to have my heart broken by you”
film : 7/10 buku :4/5 |
---|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar